Twitter
RSS

KALIMAT MAJEMUK

0
Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.

Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

1. Kalimat Majemuk Setara
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
3. Kalimat Majemuk Campuran
4. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk setara
Yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:

* Kalimat Majemuk Setara Penggabungan: Menggunakan kata penghubung `dan`
* Kalimat Majemuk Setara Penguatan: Menggunakan kata penghubung `bahkan`
* Kalimat Majemuk Setara Pemilihan: Menggunakan kata penghubung `atau`
* Kalimat Majemuk Setara Berlawanan: Menggunakan kata penghubung `tetapi`, `sedangkan`, `melainkan`
* Kalimat Majemuk Setara Urutan Waktu: Menggunakan kata penghubung `kemudian`, `lalu`, `lantas`

Kalimat majemuk bertingkat
Yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Contoh: Induk Kalimat: Kemarin ayah mencuci motor. Selanjutnya kata `kemarin` yang menduduki pola keterangan, diperluas menjadi anak kalimat yang berbunyi: Ketika matahari berada di ufuk timur. Maka penggabungan induk kalimat dan anak kalimat berdasarkan kalimat di atas menjadi:

1. Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor, atau
2. Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur.

Kalimat majemuk campuran
Yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh: Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
(by:wikipedia)

SURAT KUASA

0
Surat Kuasa adalah surat yang berisi pelimpahan wewenang dari seseorang atau pejabat tertentu kepada seseorang atau pejabat lain. Pelimpahan wewenang dapat mewakili pihak yang memberi wewenang.

- Penggolongan surat kuasa :

* Surat Kuasa Formal
* Surat Kuasa Non-Formal

- Macam-macam :

* Surat kuasa pengambilan dokumen kependudukan
* Surat kuasa pengambilan gaji/pembayaran
* Surat kuasa mencairkan uang
* Surat kuasa penjualan
* Surat kuasa pengambilan keputusan usaha
* Surat kuasa pengambilan keputusan politik

- Ciri-ciri :

1. Surat berisi pemberian kuasa kepada seseorang untuk mengurus sesuatu kepentingan
2. Bahasa yang digunakan singkat, lugas, efektif, dan tidak terbelit-belit


- Bagian surat kuasa:
* Kepala surat
* Nomor surat
(untuk surat kuasa yang bersifat dinas)
* Pemberi kuasa
* Identitas pemberi kuasa
* Penerima kuasa
* Identitas penerima kuasa
* Hal yang dikuasakan
* Waktu pemberian kuasa
* Tanda tangan penerima dam pemberi kuasa
(by:wikipedia)
Contoh SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : ETY ZUNAIDAR
Alamat : Cipondoh Makmur Blok E. IV/01
RT 07/05 Kel. Cipondoh Makmur. Kec. Cipondoh
No. KTP : 32.75.02.1002.08617.

Memberikan kuasa kepada

Nama : IRAWANSYAH HASIBUAN
Alamat : Puri Dewata Indah Blok. Ag. No. 27
RT. 03/02 Cipondoh Tangerang.
No. KTP : 367.105.13.00.02

Untuk pengambilan :

Satu Buah Yunit : BPKB Mobil Suzuki Baleno
Nopol : B. 2628 YH
Warna : Abu-abu Metalik
No. Mesin : G168-ID- 602036
No. Angka : MHDSY416VJ-102036.

Demikianlah Surat Kuasa ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana semestinya.

Tanggal, 09 Agustus 2009

Yang Diberi Kuasa Yang Memberikan Kuasa





( IRAWANSYAH HASIBUAN ) ( ETY ZUNAIDAR )

(by:yudhim.blogspot.com)

DAFTAR PUSTAKA

0
Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikelartikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah
karangan. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat
melihat kembali pada sumber aslinya.

Pencantuman sebuah buku dalam daftar pustaka pada sebuah karya tulis ilmiah erat
kaitannya dengan pengutipan buku. Buku yang kita kutip informasinya haruslah kita
cantumkan dalam daftar pustaka. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari
seorang pengarang, atau ucapan orang-orang yang terkenal.

Walaupun kutipan atas pendapat seorang itu dibolehkan bukan berarti bahwa sebuah tulisan
seluruhnya berupa kutipan-kutipan. Penulis karya tulis ilmiah harus dapat menahan diri untuk
tidak terlalu banyak mempergunakan kutipan, agar orisinalitas tulisannya terjaga. Garis besar
kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis
sendiri. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti untuk menunjang pendapatnya itu.
(by:http://bahasakubahasamu.wordpress.com)
* Berikut ini merupakan contoh dari bagaimana penulisan daftar pustaka pada penulisan makalah, skripsi atau penelitian dan lain sebagainya.

1. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari internet, pertama; tulis nama, kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini:

* Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008

2. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku, ketiga; judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), dan kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik). Seperti contoh dibawah ini:

* Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
* Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.

3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua ingat dimulai dari nama belakang ya. Setelah penulisan nama kedua selesai dengan cara penulisan sama seperti nama pertama, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir kelima; nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Seperti contoh dibawah ini:

* Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
* Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.

Perlu diingat juga untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya.
(by:http://faisal14.wordpress.com)


RESENSI

0
Apa itu RESENSI?

Resensi itu asal katanya dari bahasa negerinya Ruud van Nistelrooy (dari kata recensie). Dalam bahasa Inggris, Anda bisa dapatkan padanan katanya dengan istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Dalam bahasa Indonesia, kita biasa mengenal istilah timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan buku, belakangan muncul istilah populer: bedah buku. Sebenarnya meresensi tak terbatas pada buku (baik fiksi dan nonfiksi) saja. Pementasan seni seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset dan VCD juga bisa kita kupas abis isinya. Nggak hanya itu, resensi juga bisa dilakukan untuk pemeran seni macam seni lukis dan seni patung.

Sebagai salah satu komoditi dari menulis, meresensi adalah pekerjaan yang menyenangkan. Jika Anda berhasil meresensi sebuah buku bermutu. Maka, selain Anda bisa membaca dan menilai buku itu secara luar-dalam, Anda juga jadi dapat wawasan baru. Dan tentunya berkah baru. Berkah? Benar. Jika hasil resensi kita tentang suatu buku bagus dan dimuat di media massa, maka penerbit yang baik hati akan memberi Anda bingkisan. Mulai dari buku-buku baru, juga ada yang rela ngasih uang saku.

*Tujuan meresensi

Omong-omong, apa sih tujuan utama kita meresensi?

1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (menyeluruh) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah produk (buku, kaset, film, sinetron dan sejenisnya yang udah saya sebutkan di atas).
2. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah produk.
3. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah produk pantas mendapat sambutan masyarakat atau malah sambitan?
4. Menjawab pertanyaan yang (mungkin) muncul jika seseorang melihat produk yang baru diluncurkan (diterbitkan), seperti: (selain buku, sesuaikan dengan kategorinya)
1. Siapa pengarangnya? (kalau film/sinetron/drama; siapa sutradara dan para pemainnya? Untuk seni luksi; siapa pelukisnya?).
2. Mengapa ia menulis buku tersebut?
3. Apa pernyataannya?
4. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
5. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan pengarang-pengarang lain?
5. Untuk segolongan pembaca resensi yang:
1. Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih-milih buku tersebut.
2. Setelah membaca resensi produk berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.
3. Tidak ada waktu untuk membaca buku kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.


*Dasar-dasar meresensi

Mau tahu? Silakan catet di bawah ini:

1. Sebagai pereseni, Anda harus memahami betul tujuan si pengarang buku tersebut. Untuk mengetahuinya, baca deh kata pengantar dari si penulis, biasanya di situ ada uraian singkat tentang latar belakang penulisan bukunya. Terus, Anda bisa lihat, bener nggak dengan apa yang ditulisnya itu dengan isi buku. Caranya? Anda harus membaca seluruh bagian dari buku tersebut.
2. Sebagai peresensi, Anda menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.
3. Anda juga dituntut untuk paham betul dengan latar belakang pembaca yang menjadi sasaran Anda: selera, pendidikan, status sosial, dsb. Itu sebabnya, resensi pada setiap media massa nggak selalu sama gaya bahasanya. Jadi, jangan sampe ngirim naskah resensi kepada media dewasa, tapi malah menggunakan gaya bahasa remaja. Jadi tulalit kan nantinya?
4. Sebagai peresensi, Anda tentunya harus paham dengan visi dan misi setiap media massa. Tujuannya, supaya kita tahu harus dikirim ke mana jika naskahnya adalah begini dan begitu. Jadi jangan sampe tulalit lagi ya? Bener. Soalnya kasihan banget kan, ngirim ke media massa yang anti Islam, eh, malah ngirimin resensi tentang buku Islam, itu namanya siap dicuekkin. Atau salah sasaran seperti meresensi buku tentang beternak lele dumbo tapi dikirim ke media massa khusus politik. Bagaimana jadinya?


* Sekadar contoh

Oke deh, kita ambil contoh buku untuk diresensi (untuk mersensi film, sinetron, seni lukis, kaset, VCD dan sejenisnya bisa menyesuaikan sendiri ya?). Yup, sekarang apa persiapan yang harus disusun sebelum merensi buku? Langkah awal, jelas Anda harus memilih dulu buku yang sekiranya pantas untuk diresensi. Anda pilih buku yang kira-kira menarik untuk disampaikan informasi tentang isinya kepada khalayak. Langkah-langkah yang bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengenali atau menjajaki buku yang akan Anda resensi.

1. Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi (penggambaran) isi buku.
2. Siap penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), fromat (ukurannya), hingga harga.
3. Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis hingga mengapa ia sampe nulis buku itu. Jadi cerita singkat tentang pengarangnya.
4. Buku tersebut termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, filsafat, sosiologi, psikologi dan sejenisnya.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara komfrehensif, cermat dan kunti (baca: tekun dan teliti). Pokoknya seditil-detilnya. Jangan sampe ada yang keliru. Malu dong kalau sampe keliru memberi komentar.
3. Menandai bagian buku yang akan dijadikan sebagai kutipan dalam resensimu. Biasanya point-point yang menarik dari buku tersebut.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan Anda resensi.
5. Menentukan sikap Anda sebagai perensi dengan menilai hal-hal berikut:

1. Kerangka atau organisasi tulisan; bagaimana hubungan antar bagian, bagaimana sistematikanya, juga seperti apa dinamikanya.
2. Isi pernyataan: bagaimana bobot idenya, bagaimana analisnya, bagaimana penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.
3. Bahasa: bagaimana penerapan EYD-nya, bagaimana kalimat dan penggunaan katanya (terutama untuk buku ilmiah). Gaya bahasanya enak dibaca apa nggak, susah dipahami atau mudah dipahami.
4. Aspek teknis: bagaimana tata letak, bagaimana desain sampulnya, kerapian dan sejenisnya dari buku itu.

6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria yang udah kita tentukan sebelumnya.

Nah, untuk film dan sinetron dalam penilaianmu bisa dibidik; skenarionya, alur ceritanya enak apa nggak (misalnya melompat-lompat apa mengalir enak), bagaimana dengan dialog-doalog di ceritanya tersebut, bagaimana akting dari para pemainnya, tata suara, tata gambar, dan latarnya bagus apa nggak. Wah, pokoknya Anda ulik deh segala detil yang ada di film tersebut.

* Untuk meresensi buku, bisa dengan kata-kata pembukaan sebagai berikut:
1. Bercerita tentang pengarangnya. Anda bisa nulis begini: “Prof. Pulan bin Pulan sangat sangat akurat sekali menyajikan hasil penelitiannya. Ini sungguh sangat menggemparkan. Hasil kajiannya tentang atom ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan…. dst …dst..”

2. Cerita tentang kekhasan sang pengarang. Anda boleh juag menuliskan seperti ini: “Ciri khas Sdr. Ahmad dalam membuat buku adalah dengan judul-judul yang menghentak, bahkan terkesan sangat provokatif sekali. Buku-buku sebelumnya juga sudah sukses terjual dan masuk best seller… bla..bla..”

3. Menulis tentang keunikan bukunya. Boleh-boleh saja Anda menulis, “Sangat luar biasa, dengan ukuran buku saku yang ditulisnya ini, Mahmud berhasil menuangkan gagasannya yang besar dengan simple dan mudah dimengerti. Ia memanfaatkan keterbatasan ukuran buku saku itu dengan menuliskan seluruh pengalamannya dengan singkat dan padat, dan tetunya bermakna… dst..dst…”

4. Tentang tema buku. Untuk urusan ini, Anda boleh-boleh aja nulisnya begini, “Tema cinta selalu menarik untuk dibicarakan dan dituliskan. Bahkan sejak lama film, novel, cerpen, dan juga lagu tentang cinta melenggang dengan manis berkisah tentang cinta. Mengasyikan…. dst..”

5. Kelemahan buku. He..he.. nggak ada salahnya Anda langsung menuding dengan menuliskan, “Jelek sekali buku ini. Bukan hanya judulnya yang tak menarik, isinya pun membuat kita kurang bergairah membacanya. Meski ada data menarik di sana-sini, tapi itu sudah usang!.. dst…”

6. Kesan terhadap buku. Silakan menulis seperti ini, “Jangan anggap enteng hasil investigasi wartawan muda enerjik ini. Reportasenya tajam dengan gaya bertutur yang sangat enak dibaca… dst..dst..”

7. Penerbit buku. Jangan ragu menuliskan seperti ini, “Setelah menerbitkan buku kumpulan cerpennya yang menjadi best sellers ini, penerbit ABCD kembali meluncurkan novel terbarunya yang menghentak dari penulis mdua berbakatnya… bla…bla…”

8. Memulai dengan pertanyaan. Anda boleh kok menulis, “Anda suka memasak? Nggak ada salahnya untuk belajar membuat menu menarik yang terangkum dalam buku saku tentang tip memasak ini.. dst…”


Nah, setelah membuat pembukaan tulisan, Anda perlu membuat isi dan penutup resensi kan? Untuk ‘tubuh; resensi Anda bisa cerita tentang isi buku tersebut. Ambil kutipan seperlunya. Jangan terlalu banyak. Karena terlalu banyak, itu namanya memindahkan buku tersebut. Jadi, hati-hati. Dan ingat lho. Setiap media massa biasanya menyediakan ruangan yang sangat terbatas untuk sebuah kolom resensi. Cukup Anda cerita tentang kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Gaya bahasanya, ejaanya, cara penulis tersebut menuturkan maksudnya dan lain sebagainya. Kemudian untuk mengakhir tulisan resensi, bisa Anda simpulkan dengan memberi ketegasan. Untuk siapa buku tersebut ‘wajib’ dibaca, bagaimana sikapmu terhadap isi buku itu; mendukung atau menolak, sampe menyarankan untuk ini dan itu kepada pembaca.

Intinya sih, supaya pembaca bisa menimbang-nimbang apakah akan membeli buku itu, atau malah memilih memasukkan uangnya ke tabungan. Itu terserah pembaca, tapi Anda harus pembuat keputusan sesuai dengan pengamatan dan penilaian Anda. Subjektif memang. Tapi nggak masalah dan jangan takut selama yang Anda sampaikan benar adanya. Nggak ngarang dan memang kenyataannya seperti itu.[O. Solihin: sholihin@gmx.net]



CERPEN (Virus Drama Asia)
dan
PUISI (InginKu)
by Ekasari SH.